Kategori: Tidak Dikategorikan

Terus

Jangan lihat aku

Jangan lihat kami

Jangan lihat terus

 

Manusia terurus

Matanya dua kakinya juga

Pandangan dan kaki melangkah menatap satu

Engsel ketakutan tanpa suku cadang

 

Mama mimi

Papa pipi

Dada didi

Kaka kiki

Babu babu

Kabur kabur

 

Manusia tertulus

Matanya dua kakinya juga

Pandangan dan kaki arah ke depan

Takut hilang dia kurus

Tulus lurus urus mulus terus

Sekarang ia kosa kata yang menjadi buku

Lepaskan aku dengannya

Walau tanpa palu dan peluru

Belenggu kalbu yang merayu

Aku tahu

Mejauh dariku

Aku tahu aku buku

Aku ini lepas dan bebas

Tanpa kosa kata yang belenggu

Pikir ia diam

Sesuatu warna merah yang hilang setengahnya

Mengganggu akan karam lalu dusta ia tak hitam tanpa mau diam

Hikayat bumi dan langit berdebat

Siapa yang penting dan bulat

MUSTIKA pusatimpa berlabuh

memangku hilir bilir

mendayung kalbu tanpa sunyi

musika pusatimpa berlayar

Kelinci putih aku bukan

 

Lalat bergerak seakan ekor malaikat

Menelusup ke dalam kulit kelinci putih

Kelinci putih tersenyum ampas.

Suka, ia duka,

Namun ia tersenyum harus.

 

Nanar kulit berlubang,

Kelinci putih warna biru menangis mengeja tubuh

Lari, namun terkejar

 

Bukan aku katanya

ini senin

malam selasa

Selamat malam

 

malam selasa

Selamat malam

Aku lelah

Belum kalah

 

Senin malam

dua puluh satu menit lagi kita berpisah

kini tinggal dua puluh

kamu  satu-satunya senin delapan belas november dua ribu sembilan belas

 

Selasayang

selasa yang tujuh belas menit lagi kita bertemu

jangan datang

aku lelah

hampir kalah

Lakon memang kau lakon

Menatap langit bertanya tugas

Lancang terbang jatuhkan tawa

(Sutradara matahari mengatur perunggu baja)

Kau dan perak berdebat ungkap emas

Jalan raya bergidik, mencari meja memejam

Berharap diam bintang datang

 

Lakon kaukah usai

Mencari roma mengerjap mengheninngkan tulang

Ulang hingga benderang fajar berbinar

 

Lalu lintang hapus kejora

 

-27 September 2018-

aku terduduk takjub menatap ngeri angin malam

mencium ombak dasar pulau

yang berselancar atas ekor-ekor kerang

 

aku bertapa menyisir dikau atlantik gurau

mengalun sajak parau kemarin lampau

yang tersemat dalam sumpit capit rakit

 

aku berbaris berdiri mengiris pati

mematahkan hati yang tak lama berlabuh

yang rindu akan aku dan suatu sabtu

 

aku meletup-letup tak tahu kuncup

memaafkan hati egois tanpa tangis

yang aku dan aku mengerti tentangku

usianya kandas diperang waktu

ceritanya tak kandas bahkan sampai waktu

usianya renta membungkuk

ceritanya pantang membungkuk

Dia belia sejak lahir,

dia, belia sejak akhir

Dian yang diam,

Apa kabar?

Diam?

 

Dian yang manis,

Apa kabar?

Nangis?

 

Dian yang duduk,

Apa kabar?

Tunduk?