Matahari matahati
Mata dalam hari-hari
Mata pemacu setiap hati
Mata yang menggores makna
Mata yang meminta makna menjadi kata
Mata-mata dalam hari-hari
Mata-mata untuk setiap hati
Tanpa kata, hanya mata untuk makna
Matahari matahati
Mata dalam hari-hari
Mata pemacu setiap hati
Mata yang menggores makna
Mata yang meminta makna menjadi kata
Mata-mata dalam hari-hari
Mata-mata untuk setiap hati
Tanpa kata, hanya mata untuk makna
Kami sahabat
Kami dekat
Kami kelompok yang tepat
Kami cepat
Kami beranjak
Kami bersama
Kami memacu epilog dan prolog dengan tanda tanya
Aku menangis dan tiada rasa sedih menekan
Aku meliputi haru dan hura tetapi kalian membawaku dalam horor
Aku mendekat membawa rindu dan melompat dalam irama tapi kita bagai magnet dengan kutub yang sama
Aku berbaring menunggumu datang, kini ikut aku pulang
ASA
MASA TERASA ASA
TIMPAS MENGIMPAS KIPAS
ASA RASA MENGAPA MASA TERASA
TIMPA RASA TAK KUASA SEIRING MASA
TUMBUH RINDU MENGADUH GADUH CARI RASA
m
a
s
a
t
i
m
p
a
a sa
rasa
Bagaimana kabarmu?
Aku baik?
Ya, benar!
Aku baik, terimakasih. Kamu?
Aku sakit
Hey, boleh begitu?
Hahaha
Gak mau ketawa tuh
Bagaimana kabarmu?
Aku sakit
Tidak, itu salah!
Aku baik?
Ya, benar!
Oke, tapi kamu juga
Tidak, aku sakit
Jangan curang
Nggak tuh
Oke, giliran aku
Oke
Bagaimana kabarmu?
Aku sakit
Tidak, itu salah!
Tapi aku sakit
Kabut
Kabur
Ada monyet gila
Mati di sawah
Warnanya merah
Wataknya mentah
Rupanya tanah
Merah nanah putih kelabu
Malu malu mau mau
Oh dia bernyanyi
Mau mau malu malu
Lagu lagu du du du duh
Ken
Kenari
Kena rima
Kenari matang
Kena rima tangga
Kenari matang gagal
Kena rima tangga galuh
Ken kemari kena rima kenari
Aku tidak ingin kembali
Walau ditarik bagaimanapun juga
Tidak ada jalan untuk kembali
Penghubung kini dan lalu biarkan kubakar
Aku benci kembali
Masa lalu pun lekas terbakar
Sirnalah hilang
Aku tak ingin kembali
Esok lusa bagaimanapun juga
Tidak ada alasan untuk menghindar
Penyambung kini dan lalu telah kubakar
Aku benci kembali
Terkurung di dalam cangkang itu menyeramkan
Aku tak akan pernah kembali
Tidak ingin menoleh ke belakang
Tidak ingin melambaikan tangan
Tidak ingin melepas dengan peluk
Tidak ingin mengusap air mata
Tidak ingin membawanya selamanya
Tidak ingin mengingatnya selamanya
Tidak ingin melangkah dengannya
Kita terhempas dalam duluan rindu merakit hati menjangkit halu
Yang bagai menanak anak-anak seenaknya mengarak lalu mengerak
Berbaris dengan rapi tanpa palu dan palung di dada
Namun aku tetap terbungkam dan kau terdiam
Kau bukan langit, kau menginjak bumi
Tapi mengapa tangamu sanggup mengangkat bara merah itu?
Gumpalan untaian benang kapas tersirat menguap dari cermin hatimu
Apakah ingin membantu?
Hati ini bergetar dalam rindu dan takluk
Serigala macam apa memakan domba yang membesarkannya
Aku takut mengulurkan diri
Pedanng pucat pasi menikam bayang, sayang