Blog

Matahari

Matahari matahati Mata dalam hari-hari Mata pemacu setiap hati Mata yang menggores makna Mata yang meminta makna menjadi kata Mata-mata dalam hari-hari Mata-mata untuk setiap hati Tanpa kata, hanya mata untuk makna

Tentang Keke

Kami sahabat Kami dekat Kami kelompok yang tepat Kami cepat Kami beranjak Kami bersama Kami memacu epilog dan prolog dengan tanda tanya

Pocong

Aku menangis dan tiada rasa sedih menekan Aku meliputi haru dan hura tetapi kalian membawaku dalam horor Aku mendekat membawa rindu dan melompat dalam irama tapi kita bagai magnet dengan kutub yang sama Aku berbaring menunggumu datang, kini ikut aku pulang

Masa timpa

ASA MASA TERASA ASA TIMPAS MENGIMPAS KIPAS ASA RASA MENGAPA MASA TERASA TIMPA RASA TAK KUASA SEIRING MASA TUMBUH RINDU MENGADUH GADUH CARI RASA m a s a t i m p a a          sa rasa

Kabar

Bagaimana kabarmu? Aku baik? Ya, benar! Aku baik, terimakasih. Kamu? Aku sakit Hey, boleh begitu? Hahaha Gak mau ketawa tuh Bagaimana kabarmu? Aku sakit Tidak, itu salah! Aku baik? Ya, benar! Oke, tapi kamu juga Tidak, aku sakit Jangan curang Nggak tuh Oke, giliran aku Oke Bagaimana kabarmu? Aku sakit Tidak, itu salah! Tapi aku…

(5)

Kabut Kabur Ada monyet gila Mati di sawah Warnanya merah Wataknya mentah Rupanya tanah Merah nanah putih kelabu Malu malu mau mau Oh dia bernyanyi Mau mau malu malu Lagu lagu du du du duh

(4)

Ken Kenari Kena rima Kenari matang Kena rima tangga Kenari matang gagal Kena rima tangga galuh Ken kemari kena rima kenari

(3)

Aku tidak ingin kembali Walau ditarik bagaimanapun juga Tidak ada jalan untuk kembali Penghubung kini dan lalu biarkan kubakar Aku benci kembali Masa lalu pun lekas terbakar Sirnalah hilang Aku tak ingin kembali Esok lusa bagaimanapun juga Tidak ada alasan untuk menghindar Penyambung kini dan lalu telah kubakar Aku benci kembali Terkurung di dalam cangkang…

(2)

Kita terhempas dalam duluan rindu merakit hati menjangkit halu Yang bagai menanak anak-anak seenaknya mengarak lalu mengerak Berbaris dengan rapi tanpa palu dan palung di dada Namun aku tetap terbungkam dan kau terdiam

(1)

Kau bukan langit, kau menginjak bumi Tapi mengapa tangamu sanggup mengangkat bara merah itu?   Gumpalan untaian benang kapas tersirat menguap dari cermin hatimu   Apakah ingin membantu? Hati ini bergetar dalam rindu dan takluk Serigala macam apa memakan domba yang membesarkannya   Aku takut mengulurkan diri Pedanng pucat pasi menikam bayang, sayang

Terjadi masalah. Harap segarkan halaman dan/atau coba lagi.


Ikuti Blog Saya

Dapatkan konten baru yang dikirim langsung ke kotak masuk Anda.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai